Kamis, 11 Januari 2018

Diary Pengajar

Salam bahagia selalu untuk seluruh pembaca yang sedang membaca ketikan sederhana ini.
 Hidup ini berjalana lagi hari ini. Allah masih memberi kesempatan untuk aku dan kalian yang sedang membaca tulisan sederhana ini dan hidup selalu memberikan ebuah kejutan-kejutan yang tidak pernah kita bayangkan dulu. Kejutan itu ada membuat kita bahagia dan justru ada yang membuat kita sebaliknya. Dan lagi, terntanya bahagia itu tentang rasa.
Malam ini seperti malam di hampir empat bulan yang lalu, aku sudah kembali menjadi pengajar di sebuah balai pengajian yang sederhana, balai pengajian yang baru lima tahunan dibangun, yang dibangun katanya dengan doa, doa ya itu senjatanya. Balai pengajian yang memberikan kesempatan aku untuk  merealitakan salah satu impianku dari dulu  yaitu menjadi anak yang berguna dimana pun aku berada. Menagajar mereka dengan tulus, mebaca karakter mereka lalu membentuknya, dan menadikan mereka punya mimpi dan benar-benar bermimpi dengan jelas.
Tapi, semuanya tidak mudah semudah aku menngetik huruf perhuruf di laptopku ini, butuh banyak kesabaran. Banyak banget, Kids jaman Now, ya, sebagian mereka melabelkan merreka ddengan label itu.  bahasa campuran yang aneh menuertuku, seanaeh meraka yang mendapat gelar itu. aneh, banget. Teknologi dan banyak hal membuat jaman aku dulu belajarr danegan mereka berbeda dari segi banyak hal yang sebenarnya tidak beda jauh-jauh amat. tapi jelas sekali telihat perbedaannya.
Mereka lebih susah diatur dan sudah punya ideologisnya masing-masimg sehingga susah diatur, oke ist fine jika merkea berideologis tapi mereka pintar, ini tidak sama sekali, ah, mungkin benar, kesuksesan itu adalah milik mereka yang mau mempersiapkannya dari waktu muda, artinya yang sadar. Tapi anak-anak ini, sangat sedikit yang sadar.
Mungkin ya, aku sebagai pendidiknya tidak bisa memaksakan mereka untuk tumbuh sesuia dengan harapan sepenuhnya, tapi setidaknya mereka tumbuh lebih baik dari genrasiku dulu,  lebih terarah dalam dunia yang semakin luar biasa persaingan ini. Bisa aku bayangkan jika mereka terus begitu-begitu saja, akan jadi apa daerah kami selanjutnya, dan mereka akan menajdi apa?
Tapi iya aku yakin, kekuatan doa akan memperbaiki takdir, untuk selanjutnya aku akan berusaha dengan semampuku, membuat mereka sadar dan yakin, sedikit-demi sedikit bahwa masa depan itu ada. Masa depan itu nyata, aku tidak ingin mereka juga sepertiku yang menyesal karena dulu serringkali dikalahkan waktu hingga banyak melewati banyak hal yang seharunya tidak aku lewati untuk menjadi lebih baik.

Tidak ada usaha yang akan mengkhianati hasil. Aku yakin mereka pasti bisa, Mereka adalah harapan dari daerahku ini, bintang untuk agama ini. Semangat bintan-bintang kecil ku yang akan segera bersinar.

Assalamualaikum Sahabat Aisyah


Assalamualaikum Sahabat Aisyah..
Hai, apakabar hari ini, semoga baik-baik saja dan selalu dalam lindungan Allah sang pencipta. Sebelumnya perkenalkan, aku bisa kalian panggil dengan sebutan Aisyahra atau pun Raa. Bukan nama sbenarnya, karena namaku sebenarnya adalah dua kata yang lumayan panjang dan memili arti yang indah bahkan sangat indah.
Sekilas aku ceritakan tentang namaku sebenarnya, nama yang menjadi nama nomer dua yang sering digunakan di Indonesia menurut sebuah penelitian, dan bearti sebagai penerang. Awalnya aku sempat minder dengan nama itu, pasalnya nama itu aku pikir hanya digunakan oleh anak laki-laki saja, atau kebanyakan penggunanya adalah anak laki-laki, dan ternyata dugaanku salah, nama itu di dominasi oleh anak perempuan. Oh iya, meski namaku merupakan nama pasaran, tapi karena ujungnya, namaku menjadi gak pasaran lagi dan menjadi sebuah rangkaian doa yang sangat indah, hingga, aku bersyukur kedua orang tuaku memilih nama itu untukku, nama yang menjadi harapannya, harapanku dan misi hidupku, yaitu menjadi pelita dimanapun aku berada, pelita yang dirahmati Allah, yang di ridhai Allah, seperti doa seorang Ulama yaitu guruku sendiri, yang ketika menyebut namaku lansung mendoakanku agar hidupku sesuai dengan namaku. Aamiin. InsyaAllah.
Seorang guru yang dulu perempuan juga mengatakan kalau aku harus seperti namaku, menjadi pelita dan penerang dimanapun aku berada, tetap terang walaupun hidup ini tidak selalu terang. Ya, aku selalu berjuang untuk itu.
Tapi sekarang kalian bisa memanggil aku Raa, atau Aisyah, aku sangat terpesona dengan kegigihan dan kecerdasan wanita yang satu itu diantara banyak wanita hebat lainnya, termasuk Fatimah, Khadijah, Maryam, Masyitah, dan Asiah. Tapi kali ini aku lebih suka menggunakan nama Aisyah. Bunda Aisyah yang begitu tegar, pintar, cerdas, anggun dan begitu beruntung karena di cintai Rasulullah saw.
Desember 2017 lalu, umurku genap 21 tahun, aku sudah resmi menjadi gadis dewasa sekarang, gadis dewasa yang harus bijak dalam memutuskan banyak masalah, yang tidak boleh merengek lagi, gadis dewasa yang sedang memperbaiki diri dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik untuk harinya. Hari-hari biasa namun sebenarnya begitu banyak cerita. Cerita dari aku dan mereka yang mengisi lembaran hidupku. Iya, mereka.
Aneh, kadang aku merasa aku selalu dipertemukan dengan orang-orang aneh yang selalu membuat hari-hariku banyak rasa, meraka lucu-lucu dan membuatku geram. Banyak sifat diantara mereka yang seperti sulit ada dalam dunia nyata, mereka seperti tokoh-tokoh yang pernah aku baca dalam novelku, atau bayangan imajinasiku saja.
Haha..iya dan sekarang aku baru menyadarinya, memang begitulah manusia, setiap mereka selalu mempunyai kisah uniknya masing-masing. kisah unik yang kadang membuat kita harus geleng-geleng kepala atau tidak berhenti takjub karena kita dicptakan tidak pernah berbeda. Iya, memang begitu.
Hari-hariku adalah hari biasa, hari biasa aku mengejar impianku dalam ridha Allah, aku terlahir dalam keluarga yang sangat sederhana, penuh dengan keserhanaan, tidak begitu berkecukupan, dan keluargaku selalu mengajarkanku tentang  bagaimana bersyukur dan tetap tersenyum di tengah kemelaratan hidup, tetap bahagia dan selalu berjuang. Bersama keluargaku juga yang mengajarkanku tentang artinya ikhlas dan hidup begitu butuh perjuangan, kita harus saling melengkapi dan menyayangngi dan menghormati satu sama lain.
Meskipun kata-kata tidak mudah, dan sulit sesuai dengan kenyataan, tapi setidaknya kata-kata mampu membuat kita berpikir dan berjuang lebih bijak lagi dalam artian kata-kata meluruskan kita untuk bertindak, kata-kata itu sebuah teori teori yang kadang juga tidak sesuai dengan kenyataan. Butuh penafsiran.
Setiap hari juga adalah cerita perjuaganku memperbaiki diri, membuat istana yang kecil didalam tubuhku itu nyaman dan teduh. Meskipun tidak mudah aku yakin bisa, karena setiap manusia yang beriman selalu diberi senjata oleh Tuhannya yaitu Doa yang akan menjadikan takdir itu lebih baik dan blog ini akan berisi catatan harian doaku.


Tahun Baru Hijrah

Pagi masih begitu buta, matahari baru saja bersiap untuk menyonsonng hari baru di tahun baru, masih dalam suasana Muharram. Bulan Hijrah ya...