Kamis, 15 Februari 2018

Paradoks Rasa

Paradoks Rasa

Semakin kesini semakin ada hal yang tidak beres dengan perasaan yang mereka agung-agungkan itu, bukan, tentu maksudku bukan perasaannya yang salah tapi, waktu pelaksanaannya yang jelas-jelas di salahkan. Entah apa yang sedang Allah ingin ajarkan kepadaku, hari ini ada empat kisah cinta yang berbeda datang menemuiku, kisah cinta yang ujung-ujungnya pilu, satu diantaranya yang paling kubenci, ia menutup mata hatinya untuk menerima kenyataan, untuk bersahabat dengan keadaan yang sedang berlaku kepadanya. Ia berharap dunia ini yang sedang ia pijaki saat ini adalah sebuah mimpi lalu ia akan terbangun dengan kenyataan ia bersama dengan dia. Bahkan segila itu.
Lalu akalku menerjemah, sepertinya hanya dia yang dimaksud yang hanya bearti dalam kehidupannya, padahal aku begitu kenal dengan orang yang satu ini, dulu ia ceria, pintar dan tidak semenyedihkan ini, dia telah megangga[ cinta yang membuatnya begitu, padahal salah, kebodohnnya yang mampu dikalahkan oleh imimg-iming perasaan yang membuat dia harus terkapar dalam jeritan cinta yang tak bermuara, cinta yang jelas sama sekali tidak menemui titik temu dan perasaan seharusnya, cinta bukan dari sang maha cinta.
Lalu, kisah berlanjut kisah kali ini agak lumayan pilu, menggores hati, ahkan meraka yang sudah bersatu berpuluh tahun harus berpisah, ppadahal mereka saling mencintai, saling menyayangi, tapi ternyata tak cukup hanya dengan kedua saling itu, meraka tetap harus berpisah. Kadang perasaan itu juga perlu kata pengorbanan. Tapi, kurasa mereka lebih tahu bagaimana kelanjutan sesungguhnya.
Yang paling tersakiti adalah dia, dia yang hanya mencintai dalam diam, dia yang dekat namun tidak mampu mencerahkan perasaannya, dia yang hanya bisa dekat saja, sebagai adik dan abang tanpa tahu kemana sebenarnya perasaan itu bermuara, aku bilang aku rasa, aku ingin memeluknya. Kisah itu hampir seperti kisahku, jika seandainya beberapa lagi lebih dekat aku berjalan, tapi tidak, beberapa kisah yang telah aku jlewati dimasa lalu, membuatku jera, membuatku belajar tidak ada namanya perasaan sebelum perasaan itu terikat dalam bentuk akad. Aku bilang aku belum sanggup menerima luka dan kecewa untuk orang yang tidak bisa aku miliki, ia tidak akan kubiarkan sedetik singgah di hatiku.cerita yang terakhir itu hampir berjalan dalam kurun waktu yang tidak lama.
Disini terletak beberapa pengorbanan yang tidak pasti, tidak jelas. Aku memang belum jelas merasakannya, menolak beberapa orang untuk sebuah harapan yang belum pasti dan semakin kesini harapan itu semakin tidak menemui titik ujung. Pdahal orang itu telah menetap jauh di pendalaman hati, jauh sekali dan sulit untuk diusir.
Pada akhirnya kita pun sadar, betapa aturan-aturan itu begitu bermakna untuk menjaga tata jiwa kita, kita selalu senderung untuk menyukai yang nisbi dibandingkan sesuatu itu yang nyata. Entahlah, hidup ini penuh dengan paradoks, drama, yang kadang sering tidak kita mengerti. Namun, satu hal yang pasti, tidak ada cinta jika itu bukan untuk yang maha cinta.   Patah hati dan kecewa itu adalah sebuah tanda, jika kita sedang berproses tapi jangan sampai patah hati itu merapuhkan kita apalagi menjauhkan kita dari hidup yang sebenarnya.

Semoga Allah menjauhkan kita dari cinta yang membuat kita jauh dengan cintaNya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahun Baru Hijrah

Pagi masih begitu buta, matahari baru saja bersiap untuk menyonsonng hari baru di tahun baru, masih dalam suasana Muharram. Bulan Hijrah ya...