Paradoks
Rasa
Semakin kesini
semakin ada hal yang tidak beres dengan perasaan yang mereka agung-agungkan
itu, bukan, tentu maksudku bukan perasaannya yang salah tapi, waktu
pelaksanaannya yang jelas-jelas di salahkan. Entah apa yang sedang Allah ingin ajarkan
kepadaku, hari ini ada empat kisah cinta yang berbeda datang menemuiku, kisah
cinta yang ujung-ujungnya pilu, satu diantaranya yang paling kubenci, ia
menutup mata hatinya untuk menerima kenyataan, untuk bersahabat dengan keadaan
yang sedang berlaku kepadanya. Ia berharap dunia ini yang sedang ia pijaki saat
ini adalah sebuah mimpi lalu ia akan terbangun dengan kenyataan ia bersama
dengan dia. Bahkan segila itu.
Lalu akalku
menerjemah, sepertinya hanya dia yang dimaksud yang hanya bearti dalam kehidupannya,
padahal aku begitu kenal dengan orang yang satu ini, dulu ia ceria, pintar dan
tidak semenyedihkan ini, dia telah megangga[ cinta yang membuatnya begitu,
padahal salah, kebodohnnya yang mampu dikalahkan oleh imimg-iming perasaan yang
membuat dia harus terkapar dalam jeritan cinta yang tak bermuara, cinta yang
jelas sama sekali tidak menemui titik temu dan perasaan seharusnya, cinta bukan
dari sang maha cinta.
Lalu, kisah berlanjut
kisah kali ini agak lumayan pilu, menggores hati, ahkan meraka yang sudah
bersatu berpuluh tahun harus berpisah, ppadahal mereka saling mencintai, saling
menyayangi, tapi ternyata tak cukup hanya dengan kedua saling itu, meraka tetap
harus berpisah. Kadang perasaan itu juga perlu kata pengorbanan. Tapi, kurasa
mereka lebih tahu bagaimana kelanjutan sesungguhnya.
Yang paling tersakiti
adalah dia, dia yang hanya mencintai dalam diam, dia yang dekat namun tidak
mampu mencerahkan perasaannya, dia yang hanya bisa dekat saja, sebagai adik dan
abang tanpa tahu kemana sebenarnya perasaan itu bermuara, aku bilang aku rasa,
aku ingin memeluknya. Kisah itu hampir seperti kisahku, jika seandainya
beberapa lagi lebih dekat aku berjalan, tapi tidak, beberapa kisah yang telah
aku jlewati dimasa lalu, membuatku jera, membuatku belajar tidak ada namanya
perasaan sebelum perasaan itu terikat dalam bentuk akad. Aku bilang aku belum
sanggup menerima luka dan kecewa untuk orang yang tidak bisa aku miliki, ia
tidak akan kubiarkan sedetik singgah di hatiku.cerita yang terakhir itu hampir
berjalan dalam kurun waktu yang tidak lama.
Disini terletak
beberapa pengorbanan yang tidak pasti, tidak jelas. Aku memang belum jelas
merasakannya, menolak beberapa orang untuk sebuah harapan yang belum pasti dan
semakin kesini harapan itu semakin tidak menemui titik ujung. Pdahal orang itu
telah menetap jauh di pendalaman hati, jauh sekali dan sulit untuk diusir.
Pada akhirnya kita
pun sadar, betapa aturan-aturan itu begitu bermakna untuk menjaga tata jiwa
kita, kita selalu senderung untuk menyukai yang nisbi dibandingkan sesuatu itu
yang nyata. Entahlah, hidup ini penuh dengan paradoks, drama, yang kadang
sering tidak kita mengerti. Namun, satu hal yang pasti, tidak ada cinta jika
itu bukan untuk yang maha cinta. Patah
hati dan kecewa itu adalah sebuah tanda, jika kita sedang berproses tapi jangan
sampai patah hati itu merapuhkan kita apalagi menjauhkan kita dari hidup yang
sebenarnya.
Semoga Allah
menjauhkan kita dari cinta yang membuat kita jauh dengan cintaNya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar