Kamis, 22 Februari 2018

Langit Monocrom Itu Seperti Dia

Hari ini langit menyajikan pemnadangan awan abu-abu di depan jendela kamarku, tampilannya monocrom. Iya, monocrom sesuatu yang mereka katakan bukan warna, tapi lebih identik mendekat dengan gambaran perasaan, abu-abu rasanya pilu. Haha.. mungkin itu katanya, tapi bagiku monocrom itu masih tetap sebuah warna, monocrom kadang menjelaskan banyak penjelasan yang tersirat, yang tidak kasat mata, dan kau akan tahu ketika keu lebih menyelaminya lebih dalam, ketika kau menatapnya lebih, karena disana ada tersimpan sesuatu yang lebih dari pelangi, bahkan pelangi juga akan tidak akan muncul jika sebelumnya langit tidak bewarna monocrom, karena di balik langit yang monocrom disana pasti akan ada hujan yang begitu di butuhkan para penduduk bumi,hujan yang akan mengguyur pohon-pohon yang tadinya sempat lelah dengan terpaan sinar matahari, hujan yang kadang kedatangannya sering dicela, tapi dia tidak pernah merasa apa-apa, masih begitu semangat untuk terus turun dan memberikan kesejukan pada waktunya.

walau katanya hujan banyak menghentikan langkah para manusia, hujan yang tak jarang di lambangkan sebagai tangisan keperihan, padahal hujan mengundang pelangi. ya begitulah itu namanya kosekuensi di dalam kehidupan, yang akan manis pada akhirnya itu tidak pernah mudah pada awalnya. "Heummp... Apa penjelasan ini terlalu jauh? Entahlah, tapi aku menguraikan maknanya demikian sore ini.

Sama seperti suasana monocrom di atas langit luar jendela kamarku hari ini, ceritaku sore ini adalah tentang seseorang yang kisahnya itu monocrom, menurutku. seperti gamabaran bumi sore ini, di bawah langit monocrom, tapi disana juga ada banyak warna lain yang terlihat, hijau adalah dominannya, selanjutnya ada merah muda, orange, ungu, kuning, putih dan merah menyala, warna bunga-bunga yang ditanami ibu ikut membantu sumbang warnanya. Hingga mereka tidak terlalu fokus pada tampilan langit, karena disini masih ada begitu banyak warna.

Sama seperti ceritaku sore ini, Tentang seseorang yang pemandangan langitnya monocrom...!

Jujur, aku sama sekali tidak mengenalnya dan tidak tertarik untuk mengenalnya ketika permulaanya, aku pikir dia sama seperti orang-orang yang biasa mondar-mandir di dunia bayangan itu, pembahasan yang ujung-ujugnya akan membosankan. Dan Iya! Ternyata aku salah, dia berbeda,.

Apa kataku? Berbeda? Bukannya setiap orang itu berbeda karena setiap orang itu tidak pernah sama, bahkan yang kembar identik pun mempunyai perbedaan. Iya, aku tidak membantah pernyataanku sendiri tentang itu, tapi dalam perbedaan individu ada sesuatu persamaan yang bisa di munculkan untuk digabungkan dalam satu merek atau satu level mungkin, sama seperti orang yang suka menulis masuknya ke dalam kemunitas menulis, orang yang suka mancing masuk tivi di acara mata pancing dan orang yang suka makan kerupuk akirnya membuat pabrik kerupuk. Ahaa.. apa hubungannya ya? Ntahlah, simpulkan sendiri. 

Tapi yang jelas perbedaan dia masuk dalam kominutas yang paling sedikit yang aku pernah temui, malah kayanya belum ada, selain aku sendiri :( D). Mungkin aku saja yang belum menemukannya saat ini, maklumkan saja, pergaulan masih begitu sempit.

Awal aku tahu dan mulai masuk dalam deretan panjang yang akan menjadi ceritanya adalah lewat dunia bayangan itu, sebuah paltform jaman now yang kadang sering buat pusing, walau kadang  sering bisa di andalkan juga sih, ya chattingan, itu permulaannya. chattingan di dunia maya, yang orangnya entah di antah berantah mana, tapi sudah membuat kedekatan lebih hingga kita terkadang tidak sadar kita begitu dekat dengan orang yang jauh tapi begitu jauh dengan orang yang dekat. Kan aneh? Tapi semuanya menjadi biasa-biasa saja di zaman ini. Dan tentu, walau berat harus aku mengakuinya, aku adalah salah pelakunya yang pernah begitu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahun Baru Hijrah

Pagi masih begitu buta, matahari baru saja bersiap untuk menyonsonng hari baru di tahun baru, masih dalam suasana Muharram. Bulan Hijrah ya...