Rabu, 28 Februari 2018

Sebuah Kalimat Sederhana

Hari itu masih menjadi hari aku merasaka sisa kecewa karena harapan yang seperti akan menjauh, sudah kuprediksi sebelumnya, jika itu akan terjadi, sebuah kata-kata yang akan menciptakan jarak itu membuatku semakin terlihat tidak berdaya saja, aku juga yang menyadari tentang begitu banyak hal yang berlalu tapi masih tidak menyisakan beberapa hal yang baru. Impianku mendekat. Aku bingung, aku kembali rapuh, saat aku tidak tahu harus berjuang bagaimana lagi.

Hari-hariku adalah senyuman yang kucoba paksakan, walaupu aku berbagi dengan mereka itu rasanya hambar bagiku. Hidup lagi-lagi memaksakan kita untuk menerima kenyataan, berkaca dengan keadaan. Keadaan yang terlihat sulit di depanku membuatku lagi-lagi harus menggali bagaimana caranya untuk ikhlas, bagaimana caranya agar bisa berjuang kembali, bagaimana untuk mewujudkan mimpi dan menerima kenyataan bahwa kita tidak pernah bisa memaksa semua orang dengan seperti yang kita harap, memaksa orang itu untuk mengerti keadaan kita, lalu sedikit saja memberikan dukungannya dengan apa yang kita inginkan. Tidak bisa. justru sebaliknya karena mereka adalah orang yang paling disayang dan menjadi alasan kita untuk berjuang, kita yang harus mengerti dia.

Iya, aku tahu itu, tapi terkadang aku lupa atau tidak tahu bagaimana untuk melakukannya...
Kembali rapuh walau masih mampu-mampu sedikit-sedikit merapalkan kalimat perjuangan. Saat aku mengadu kepada Allah aku sendiri, aku sering rapuh. Sebuah kalimat sederhana itu kembali menguatkanku.

"Tenang, aku bersamamu Raa"

Kalimat sederhana yang diucapkan malaikat tanpa sayap itu, malaikat yang kadang aku acuhkan, kadang aku lupakan hanya karena aku merasa kalau dia tidak mengerti dan mendukung keputusanku dengan jalanku yang sudah kujelaskan panjang lebar adalah pilihanku, pilihanku untuk hidupku dan bukan jalan yang dibenci Tuhan dan RasulNya.

Tapi aku tahu kami saling menyayangi, buktinya saat aku kembali rapuh dan masa aku pernah begitu kuat, sebuah kalimat sederhana itu kembali menguatkanku. Menyadarkanku agar tidak terpakudan jatuh pada perasaan, menyadarkanku jika aku harus benar-benar berjuang, dan mereka, keluargaku adalah alasan terbesarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahun Baru Hijrah

Pagi masih begitu buta, matahari baru saja bersiap untuk menyonsonng hari baru di tahun baru, masih dalam suasana Muharram. Bulan Hijrah ya...