Jumat, 16 Februari 2018

Sebuah Pertemuan dan Senja


Menjauh bukan berarti bisa jauh lalu melupakan begitu saja

Mendekat bukan berarti lansung bisa menetap lalu bahagia bersama

Ah, perasaan mengapa begitu serumit itu? 
Saat telah kutemukan orang itu, orang yang menawarkan berbagai ragam rasa dan nuansa bagaimana sebenarnya cara untuk menjalani hidup yang ragam konspirasinya, dititik ini aku sadar ini adalah perasaan semu yang mengusik perjalanan hidup. Menguji ketabahan dan pertahanan hati. 

Aku mengenalmu waktu itu ketika senja senja. Senja yang datang bersama gerimis kotaku dan gerimis itu yang berjasa menyamar lukaku, saat aku melihat sibuknya jejalanan kota kecilku yang tadi siang baru diterpa sengatan panas matahri yang membakar bumi. Gerimis datang menghangatkan.

kala itu, aku bertemakasih kepada gerimis yang menemani lamunanku dalam angkutan legendaris kota kecilku, saat aku baru pulang dari tempat yang menjanjikan banyak hal indah untuk masa depanku, tempat itu adalah kampusku, kampus hijau yang menghadirkan macam-macam kisah, mengenalkanku dengan banyak orang baru dan kisah baru, namun percayakah saat itu aku sedang rapuh, sedang kalut dengan perasaanku, sedang kalut dengan tujuan hidupku, aku takut tawa-tawa yang kuhadirkan saat itu adalah tawaku sebelum aku menangis kehilangan diriku sebenarnya. 

Kehilangan jati diri? Bagaimana bisa...

Ia, aku yang tidak ingin hidupku sia-sia, tapi kadang malah sering melakukan banyak hal yang sia-sia, aku yang tidak ingin jauh dari tujuan utama hidupku, tapi pada kenyataanya aku berada dalam lingkaran yang kadang ku tahu itu menjauhkanku, ketika aku ingin menghindar, tapi aku masih terperangkap.

Dan kamu, adalah orang asing. Orang asing yang datang dengan cerita penuh drama, yang awalnya aku kira drama itu drama buatan, tapi ternyata drama itu drama natural, skenario terbaik.

Hingga akhirnya aku denganmu yang tidak menjadi apa, padahal setelah lebih dari satu dasawasrsa, kita pernah berangan menyatu asa. Tapi biarlah karena takdir tidak bisa dipaksa dan semesta belum berpihak bersama rasa yang kita punya.
Biarkan.....
Lepaskan belenggu duka, karena kita masih bisa bersama
Saudara, kau sebut begitu adanya. Lalu perasaan ini tenggelam bersama mentari senja. Namun kita masih berkisah pada ujung muara yang tidak kunjung akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahun Baru Hijrah

Pagi masih begitu buta, matahari baru saja bersiap untuk menyonsonng hari baru di tahun baru, masih dalam suasana Muharram. Bulan Hijrah ya...